KAIDAH,
CABANG, PROSES, DAN FUNGIS ILMU
Muhammad Aziz, Siti
Warliyah, Murayati*
Abstrak
Penelitian
ilmiah berdasarkan teori-teori ilmu yang dihasilkan dari penyelidikan yang
mendalam. Dikatakan suatu ilmu jika ditegakkan dengan kaidah-kaidah ilmu yaitu
orde, determinisme,dan parsimoni. Dalam perkembangannya ilmu berproses sehingga
mempunyai cabang-cabang ilmu. Cabang utama ilmu adalah ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial. Dalam penelitian ilmiah ilmu berfungsi untuk menjelaskan,
memprediksi, dan mengontrol atas penelitian-penelitian yang di hasilkan.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kaidah-kaidah ilmu yang benar dalam
memelajari cabang-cabang ilmu agar sesuai dengan proses pencapain kebenaran
ilmu tersebut.
Kaca kunci: ilmu,
kaidah, cabang, proses, fungsi
I. PENDAHULUAN
Dalam
memperoleh ilmu dan pengetahuan berdasarkan metode ilmiah, ada enam langkah
yang harus ditempuh seorang ilmuan diantaranya; pertama keinsyafan
tentang adanya problema. Berpikir biasa bermula jika ada suatu penghalang atau
kesuliatan. Kedua data yang relevan dan tersedia dikumpulkan. Ketiga
data ditertibkan, dianalisa dan diklasifikasikan. Keempat hipotesa
dibentuk, dengan bermacam-macam pemecahan sementara dibakukan dan dianalisa. Kelima
deduksi dapat ditarik hipotesa, dengan
cara berlogika. Dan keenam verifikasi, menetapkan apa yang akan
menjadi benar jika hipotesa kita benar.[1]
Seorang ilmuan untuk melewati enam langkah metode ilmiah tersebut harus
mengetahui tentang kaidah, proses, fungsi lmu dan cabang-cabang ilmu apa yang
akan diteliti.
II.
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam
penulisan ini sebagai latar belakang masalah adalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dnegan kaidah-kaidah ilmu?
2.
Apakah cabang-cabang ilmu itu?
3.
Bagaimana proses ilmu?
4.
Apakah fungsi ilmu itu?
III. KAIDAH-KAIDAH ILMU
Ilmu
ditegakkan di atas empat kaidah yaitu orde, determinisme, parsimoni, dan
empiris. Empat kaidah tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga penelitian ilmuah tidak dapat
dilakukan.[2]
1.
ORDE
Orde (tatanan),
ilmu dapat percaya bahwa alam ini teratur, tidak serampangan. Peristiwa yang
terjadi di dunia ini mengikuti aturan yang teratur, dalam suatu pola tertentu.
Contohnya gerhana bulan dapat diramalkan karena bulan beredar dalam pola edar
yang tertentu. Ilmu kedokteran akan berantakan bila masing-masing tubuh manusia
berjalan seenaknya sendiri. Dengan kata lain, tanpa orde, ilmu tidak dapat
menemukan hukum-hukum yang berlaku umum.
2.
DETERMINISME
Ilmu percaya
bahwa setiap peristiwa mempunyai sebab, pendahuluan yang dapat diselidiki.
Misalkan psikologi percaya bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh
pengalaman terdahulunya.
3.
PARSIMONI
Parsimoni
(kesederhanaan) menunjukkan bahwa ilmu menyukai penjelasan yang sederhana dari
pada penjelasan yang komplek bila kedua-duanya sama-sama menjelaskan fakta.
Serta ilmu lebih menyukai penjelasan yang lebih banyak fenomena dari pada
penjelasan yang terbatas pada fenomena tertentu saja. Contohnya ilmu-ilmu
sosial lebih memenuhi parsimoni yang sangat erat kaitanya dengan generalisasi
penemuan ilmu, sedangkan ilmu-ilmu sosial lebih berhati-hati dalam melakukan
generalasisi, akan tetapi penjelasan berlaku general tetap didahulukan terhadap
penjelasan yang spesifik.
4.
EMPIRISME
Empirisme
menunjukkan kepercayaan pada observasi atau eksperimen. Jadi
kesimpulan-kesimpulan ilmu harus berdasarkan pengalaman yang dapat diamati dan
peristiwa empiris. Perlu kita ingat bahwa informasi ilmuah tidak boleh
berdasarkan spekulasi yang tidak dapat diamati. Dalam hal observasi ilmiah
harus dapat diulangi yang dapat dilakukan secara sistematis. Sedangkan
pengalaman-pengalaman mistik tidak dapat dikatakan ilmiah karena sifatnya
individu dan sukar diulangi orang lain pada tempat, waktu dan cara yang sama.
IV. CABANG-CABANG ILMU
Perkembangan
ilmu sangat pesat dengan berbagai macam cabang-cabangnya. Menurut Jujun S.
Suriasumantri (2013,Cet.24:93) menyebutkan bahwa pada dasarnya cabang-cabang
ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi
rumpun ilmu-ilmu alam (the nature sciences) dan filsafat moral yang
berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Lebih
lanjut Jujun menjelaskan bahwa ilmu-ilmu alam dibagi menjadi dua kelompok yaitu
ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological
sciences). Ilmu alam bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam
semesta (fisika; mempelajari massa dan energi, kimia; mempelajari substansi
zat, astronomi; mempelajari benda-benda langit, dan ilmu bumi). Sedangkan
ilmu-ilmu sosial mempunyai cabang-cabang utama diantaranya antropologi
(mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari
mental dan perilaku manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial
manusia), dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan
manusia berpemerintahan dan bernegara). [3]
1.
EKONOMI
Ilmu yang mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya
lewat proses pertukaran.
2.
LINGUISTIK
Serangkaian
bunyi, lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu.
3.
MATEMATIKA
Bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita Sampaikan.
4.
POLITIK
Ilmu yang mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia
berperintahan dan bernegara.
5.
PSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari proses mental dan kelakuan manusia.
6.
SOSIOLOGI
Ilmu yang mempelajari struktur organisasi sosial manusia.
V. PROSES
ILMU
Sering
timbul pertanyaan, darimana proses ilmu dimulai? Dari data atau teori? Maka
lahirlah filsafat ilmu. Menurut aliran romantic menganggap bahwa ilmu
tidak berbeda dengan seni, yaitu suatu proses kreatifitas yang dimulai dengan
imajinasi dan intuisi. Aliran rasional memandang bahwa proses ilmu
dimulai dari data. Kumpulan sejumlah fakta, dicari hubungan-hubungan, dan
diambil simpulan dalam bentuk teori. Sedangkan aliran hipotetiko deduktif
yaitu menggabungkan kedua pandangan (aliran romantic dan aliran rasional) yang
lazim disebut model ilmu tradisional, berpendapat bahwa ilmuwan mulai usahanya
dengan serangkai aksioma yang berasal dari berbagai sumber kemudian mengubah
teorinya ke dalam konsep yang diamati.[4]
Ilmu
sebagai proses berarti ilmu merupakan aktivitas penelitian. Para pelakunya
disebut ilmuan. Aktivitas yang dilakukan tidak bersifat tunggal, melainkan
jamak. Sehingga ada 3 rangkaian aktivitas penelitian; 1. Aktivitas rasional
berarti kegiatan dengan menggunakan rasio, penalaran logis atas pengamatan
empiris. 2. Aktivitas kognitif berarti kegiatan yang bertalian dengan proses
tahu dan pengetahuan; pengenalan, penerapan, konsepsi, dan penalaran manusia
untuk mengetahui sesuatu. 3. Aktivitas teteologis (tujuan) berarti kegiatan
yang mengarah kepada tujuan tertentu; pengetahuan, kebenaran, pemahaman,
penjelasan, peramalan, pengendalian, dan penerapan. [5] Dari
pen-jelasan di atas bisa dikatakan bahwa proses ilmu mulai dari data.
Dikatakan
lengkap ilmu itu jika mencangkup dua aspek lagi yaitu ilmu sebagai prosedur dan
produk. Dari aspek ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah yaitu prosedur yang digunakan oleh
ilmuwan dalam mencari sistematis pengetahuan baru dan meninjau kembali
pengerahuan yang ada. Sedangkan aspek ilmu sebagai produk berarti kumpulan
pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas dengan metode ilmiah.[6]
Gabungan dari ketiga wujud ilmu tersebut merupakan proses ilmu mulai dari
berbagai sumber (teori).
VI. FUNGSI
ILMU
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) teori diartikan sebagai pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa, asas-asas hukum umum
yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, aturan, cara dan
pendapat untuk melakukan teori. Tujuan ilmu adalah teori. Pengertian teori
adalah penjelasan fenomena-fenomena.[7] Teori
adalah alat dari ilmu (Tool of Science) mendefinisikan orientasi utama
dari ilmu dengan cara memberikan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan
dibuat abstraksinya.[8]
Miarso
yang dikutip susanto (2013 h. 149) teori adalah jendela untuk mengamati gejala
yang ada, dan berdasarkan data empiris dari lapangan yang berhasil dikumpulkan,
dianalisis, dan disintesiskan.[9] Adapun
tujuan ilmu pengetahuan penjelasan, pemahaman, prediksi dan
kontrol/pengendalian.[10]
1.
MENJELASKAN
Menunjuk secara rinci variabel-variabel (konstruk) fenomena. Contoh
seseorang yang diberi imbalan respon akan cenderung diulang. Mengapa? (akan timbulah pernyataan mengenai
hubungan dan merupakan penjelasan tentang fenomena alami tadi.)
2.
MEMPREDIKSI
Suatu segi (aspek) saja dari teori. Artinya menunjukkan secara
tegas dan rinci hubungan antara kejadian dengan kejadian lain dengan syarat
tertentu. Contoh jika si A diberi hadiah atas prestasinya, cenderung si A akan
melakukan respon yang sama melakukan usaha untuk tetap berprestasi.
Menghubungkan hadiah dan prestasi itulah
prediksi dari hadiah menuju prestasi.
3.
MENGONTROL
Setelah penjelasan dan prediksi. Seorang ilmuwan betul-betul
memperhatikan prediksi dan kontrol. Sebab dengan prediksi yang handal kita
dapat melakukan kontrol, kontrol dapat dijabarkan dengan prediksi. Dalam hal
penelitian ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol yang berarti bahwa
penyelidikan ilmiah tertata dengan cara tertentu sehingga penyelidik memiliki
keyakinan kritis mengenai hasil penelitian.
VII. KESIMPULAN
Cabang-cabang
ilmu sampai dengan rumpun-rumpun berdasar dari filsafat alam yang berkembang
menjadi ilmu-ilmu alam dan filsafat moral yang berkembang menjadi ilmu-ilmu
sosial. Ilmu bisa menjadi ilmu pengetahun harus bisa menjelaskan tentang wujud
ilmu, dapat memprediksi, dan ada control dari setiap prediksi yang dihasilkan.
Sehingga terbentuklah ilmu dalam setiap ilmuan dengan jiwa romantis.
Daftar Pustaka
Titus, Harold H, dkk. 1985. Persoalan-Persoalan Filsafat.
Jakarta: Bulan Bintang
Kerlinger, Fred. 2014. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Cet.
12. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nazir Moh. 2014. Metode Penelitia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Susanto. 2013. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Jujun, Suriasumantri. 2013. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Cet. 24. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Blikololong. ----. J.B.,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
http://elearning.gunadarma.ac.id>filsafat_ilmu, 26/10/2016 20:35 WIB
www.pustaka.ut.ac.id>lib>ISIP4216-M1 , 26/10/2016 20:30 WIB
[1] Harold H. Titus, dkk. 1985. Persoalan-Persoalan Filsafat.
Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 265 - 266
[2] Yearry Panji,2011,Modul Mata Kuliah “Metode Penelitian Komunikasi”,
FIK Universitas Mercu Buana,Jakarta,hlm.4-5
[3] Jujun S. Suriasumantri, 2013, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer, Cet. 24,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm.93
[4] Yearry Panji. 2011. Modul Mata Kuliah “Metode Penelitian
Komunikasi.” FIK Universitas Mercu Buana: Jakarta. hlm.8
[5] Blikololong.
----. J.B.,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Universitas Gunadarma:
Jakarta. hlm. 39.
[6] Ibid. hlm. 39-40
[7] Kerlinger Fred. 2013. Asas-Asas
Penelitian Behavioral. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta. hlm. 14
[8] Nazir Moh. 2014. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia:Bogor.
hlm. 11
[9] Susanto. 2013. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Bumi Aksara: Jakarta. Hlm. 149
[10] Ibid. hlm 14
*) Mahasiswa Program Studi Magister Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PROF. DR HAMKA JAKARTA